Langsung ke konten utama

Fathul Muin Sebuah Karya Monumental Ulama India

Fathul Muin Sebuah Karya Monumental


Kitab Fathul Mu’in merupakan salah satu kitab yang dikarang oleh Syaikh Zainuddin al-Malibari. Al-Malibari sendiri merupakan salah satu daerah di India. Syaikh Zainuddin al-Malibari wafat pada 987 H. Beliau merupakan seorang murid dari Imam Ibn Hajar al-Haitami yang wafat pada 974 H. Keduanya merupakan ulama’ terkemuka madzhab Syafi’i.

Kitab Fathul Mu’in merupakan kitab yang populer dikaji pada pesantren-pesantren salaf, umumnya kitab ini dimasukkan pada kurikulum kelas menengah/wustho bagi pelajar yang telah mengkhatamkan kitab Fathul Qarib karya Syaikh Muhammad bin Qasim al-Ghazi pada tingkat dasar/ula.

Dalam segi kepenulisannya, kitab ini tergolong memiliki keunikan tersendiri dibanding kitab-kitab fiqh lainnya. Bahkan pada bab pertama Syaikh Zainuddin al-Malibari langsung membukannya dengan bab shalat. Dari beberapa kalangan, juga menganggap kitab ini sebagai kitab yang cukup sulit dalam penempatan ruju’ dlamir, jadi dalam membaca kitab Fathul Mu’in ini, pembaca harus teliti.

Dalam kitab Fathul Mu’in juga terdapat terminal-terminal tersendiri, layaknya bus yang memiliki halte-halte untuk berhenti dan mulai berjalan, seperli istilah far’un, tambihun, faidatun, qoidatun, muhimmatun, dan tatimmatun.

Ketika Mushanif menjelaskan mengenai far’un, maka Mushanif sedang membahas suatu permasalahan atau kasus tertentu yang mungkin terjadi dalam masyarakat. Ketika Mushanif menjelaskan mengenai tambihun atau faidatun, maka Mushanif sedang menekankan adanya sesuatu yang penting dicatat dalam bab yang dibahas. Selain itu, terdapat juga qaidatun, dalam hal ini Mushanif mencuplik beberapa kaidah fiqh yang membuat kita lebih mudah dalam mempelajari ilmu fiqh. Dan yang terakhir terdapat istilah tatimmah atau muhimmah, kedua hal ini merupakan sebuah kebiasaan Mushanif sebelum menutup sebuah pembahasan dalam suatu bab, yakni berfungsi sebagai penyempurna dan penekanan kembali apa yang telah dibahas.[1]

Segala puji bagi Allah, dzat yang sangat mebukakan kerahmatan, dzat yang dermawan, dan dzat yang memberi pertolongan dalam memberi kepahaman terhadap pembelajaran agama terhadap hamba-hamba yang telah menjadi pilihan Allah.

الحمد لله الفتاح الجواد المعين على التفقه في الدين من اختاره من العباد

Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah, dengan persaksian yang dapat memasukkan ku dalam rumah keabadian (surga).

وأشهد أن لا إله الله شهادة تدخلنا دار الخلود

Aku juga bersaksi bahwasanya nabi Muhammad merupakan utusan-Nya, beliau adalah pemilik pangkat yang terpuji.

وأشهد أن سيدنا محمدا ورسوله صاحب المقام المحمود

Aku memintakan rahmat takdzim dan keselamatan dari Allah semoga senantiasa tercurahkan atas beliau, keluarga beliau, dan sahabat beliau yang sangat berhati-hati. Dengan bacaan shalawat dan salam tersebut semoga dapat menjadikan ku tergolong sebagai umat yang beruntung pada hari pembalasan.

أصلى الله وأسلم عليه وعلى آله وأصحابه الأمجاد صلاة وسلاما أفوز بهما يوم المعاد

Setelah pembacaan basmalah, hamdalah, shalawat, dan salam. Maka, inilah sebuah kitab keterangan (syarah) yang berfaidah atas kitab yang bernama “Qurratil Ain bi Muhimmatid Din”.

وبعد فهذا شرح مفيد على كتاب المسمى بقرة العين بمهمات الدين

(Keunggulan kitab ini adalah) dapat menjelaskan apa yang dimaksudkan, menyempurnakan faidah, mencapai apa yang dimaksudkan, dan memunculkan faidah-faidah baru.

يبين المراد ويتمم المفاد ويحصل المقاصد ويبرز الفوائد

Aku memberinya nama “Fathil Mu’in bi Syarhi Qurratil ‘Ain bi Muhimmatid Din”.

وسميته: بفتح المعين بشرح قرة العين بمهمات الدين

Aku memohon kepada Allah dzat yang mulia dan banyak memberi pertolongan agar (menjadikan kitab ini) bermanfaat bagi orang khusus dan awam. Dan dengan lantaran kitab ini semoga Allah menempatkan ku pada surga Firdaus yaitu sebuah rumah yang Aman. Sungguh Allah adalah dzat yang paling mulia dan yang paling berbelas kasih.

وأنا أسأل الله الكريم المنان أن يعم الانتفاع به للخاصة والعامة من الإخوان وأن يسكنني به الفردوس في دار الأمان إنه أكرم كريم وأرحم رحيم



[1] Untuk lebih lengkapnya: https://lirboyo.net/mengenal-kitab-fathul-muin-karya-syekh-zainuddin-al-malibari/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ghasab

  Fasal: Menerangkan Hukum - Hukum Ghasab Secara bahasa ghasab diartikan dengan mengambil sesuatu secara dzalim dengan cara terang-terangan. Sedangkan dalam literatur syariat ghasab diartikan sebagai menguasai hak orang lain dengan cara dzalim atau tidak semestinya. وهو لغةً أخذ الشيء ظُلمًا مجاهرة وشرعا الاستيلاء على حق الغير عُدْوانًا Ukuran penguasaan disini dikembalikan pada adat yang berlaku. ويُرجع في الاستيلاء للعرف Termasuk di dalam hak orang lain, sesuatu yang sah dighasab adalah suatu barang yang selain harta, seperti kulit bangkai. Dikecualikan dari “secara tidak semestinya”: menguasai harta orang lain dengan cara akad. ودخل في حق الغير ما يصح غصبه مما ليس بمال كجلد ميتة. وخرج بعُدوانا الاستيلاء على مال الغير بعقد Konsekuensi Ghasab:   Barang siapa ghasab harta orang lain, maka baginya wajib mengembalikan harta tersebut pada pemiliknya. Meskipun dal

Syarat-Syarat Sebelum Melaksanakan Shalat

Fasal: Syarat-Syarat Sebelum Melaksanakan Shalat Syarat-syarat shalat sebelum masuk di dalamya ada lima, lafadz شروط merupakan bentuk jama’ dari شرط . Syarat secara bahasa adalah tanda, sedangkan syarat menurut istilah syari’at adalah sesuatu yang menentukan sahnya shalat, namun bukanlah bagian dari shalat itu sendiri. Dikecualiakan dengan qayid ini: rukun, karena rukun merupakan bagian dari shalat itu sendiri. Syarat pertama adalah sucinya anggota badan dari hadats, baik kecil maupun besar bagi orang yang mampu melakukan nya. Adapun orang yang tidak memiliki dua alat bersuci (air dan debu), maka baginya tetap dihukumi sah shalatnya namun wajib mengulangi. Kemudian sucinya seseorang dari najis yang adanya tidak dapat dimaafkan baik berada pada pakaian, anggota badan, maupun tempat melaksanakan shalat. Kyai mushonif akan menerangkan mengenai bagian akhir (tempat melaksanakan) pada bab berikutnya. Syarat kedua adalah menutupi warna aurat bagi yang mampu. Sehingga ketika ada seseora

Tata Krama Melaksanakan Mandi

  فصل: باب أداب الغسل Fasal: Tata Krama Melaksanakan Mandi فإذا أصابتك جنابة من احتلام أو وقاع, فخذ الإناء إلى المغتسل, واغسل يديك أولا ثلاثا, وأزل ما على بدنك من قذر. Ketika kalian sedang mengalami hadats janabat baik disebabkan oleh mimpi basah ataupun hubungan badan, maka ambilah wadah untuk mandi. Kemudian basuhlah kedua tangan kalian sebanyak tiga kali dan berusahalah menghilangkan kotoran yang masih menempel pada badan kalian.   وتوضاء كما سبق وضوئك للصلاة   مع جميع الدعوات, وأخر غسل قدميك كيلا يضيع الماء. فإذا فرغت من الوضوء فصب الماء على رأسك ثلاثا وأنت ناو وفع الحدث من الجنابة, ثم على شقك الأيمن ثلاثا ثم على الأيسر ثلاثا. Setelah membersihkan badan dari kotoran yang masih menempel, maka wudlu’ lah sebagaimana wudlu’ kalian ketika akan melaksanakan shalat, serta bacalah do’a-do’a yang telah diajarkan pada kalian. Dalam berwudlu’ ini, sebaiknya kalian mengakhirkan basuhan kedua kaki agar air yang kalian gunakan tidak terbuang sia-sia. Kemudian setelah selesai melaksana