Langsung ke konten utama

Mulia karena meminta

https://www.google.com/search?q=torang+taubat&sxsrf=ALeKk01Yo3MaNCYhemUKU38UoneeNje_Zw:1627743744282&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=2ahUKEwiay6b9yY3yAhUPSX0KHcfeDKYQ_AUoAnoECAEQBA&biw=1366&bih=657#imgrc=KKeIDoedbyBJFM



PERJALANAN KEMBALI

Taubat adalah kembali, taubat adalah sesuatu yang suci, dan taubat adalah kebiasaan para nabi. Banyak sekali riwayat yang menerangkan tentang taubat. Salah satunya dikatakan bahwa, seseorang yang bertaubat seperti orang yang lahir kembali tanpa dosa.

أطلب متابا بالندامة مقلعا # وبعزم ترك الذنب فيما استقبل

وبراءة من كل حق الأدمي # فلهذه الأركان فارع وكملا

Dalam taubat ada kaifiyah agar taubat kita diterima Allah SWT. Taubat merupakan kembali dari jalan yang tidak sesuai syariat menuju jalan yang sesuai dengn tatanan syariat Allah.


Manusia memiliki dua hubungan muthlak, yaitu:

1. Dengan Allah.

2. Dengan sesama manusia.


Perjalanan awal pertaubatan manusia perlu ada di kalbunya sebuah penyesalan akan kekeliruan yang dilakukan. Karena tidak dinamakan taubat, seseorang yang di dalam hatinya tidak ada penyesalan. Setelah menyesal, tidak lama kemudian kita harus segera mengakhiri dosa yang dilakukan. Sebagai contoh, apabila sedang memakai barang yang bukan miliknya dan belum mendapat izin pemilik, sesegera mungkin harus mengembalikan. Setelah bersegera mengkahiri dosa, kita perlu azm/berangan-angan untuk senantiasa meninggalkan dosa tersebut. Perjalanan itulah yang harus ditempuh seseorang yang sedang bertaubat. Namun, ada satu hal lagi yang harus dilaksanakan apabila suatu dosa berhubungan dengan sesama manusia. Meminta ridlonya, meminta ampun nya, meminta ikhlasnya. Inilah dimana antara raja, panglima, dan rakyat biasa akan sama derajatnya. Menunduk, itulah utama. Meminta maaf pasti tidak akan mudah untuk sebagian orang. Karena, peminta harus menunduk agar menerima apa yang diinginkan. 


Marilah, kita saling meminta maaf dan memaafkan. Tidak ada ruginya, tidak akan mengurangi derajat mulia seseorang yang meminta maaf. Bahkan orang yang memaafkan bukanlah orang yang tidak mampu membalas kedzoliman. Dia memilih agar ukhuwah islamiyyah, insaniyyah, dan basyariyyah tetap berjalan.والله أعلم

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ghasab

  Fasal: Menerangkan Hukum - Hukum Ghasab Secara bahasa ghasab diartikan dengan mengambil sesuatu secara dzalim dengan cara terang-terangan. Sedangkan dalam literatur syariat ghasab diartikan sebagai menguasai hak orang lain dengan cara dzalim atau tidak semestinya. وهو لغةً أخذ الشيء ظُلمًا مجاهرة وشرعا الاستيلاء على حق الغير عُدْوانًا Ukuran penguasaan disini dikembalikan pada adat yang berlaku. ويُرجع في الاستيلاء للعرف Termasuk di dalam hak orang lain, sesuatu yang sah dighasab adalah suatu barang yang selain harta, seperti kulit bangkai. Dikecualikan dari “secara tidak semestinya”: menguasai harta orang lain dengan cara akad. ودخل في حق الغير ما يصح غصبه مما ليس بمال كجلد ميتة. وخرج بعُدوانا الاستيلاء على مال الغير بعقد Konsekuensi Ghasab:   Barang siapa ghasab harta orang lain, maka baginya wajib mengembalikan harta tersebut pada pemiliknya. Meskipun dal

Syarat-Syarat Sebelum Melaksanakan Shalat

Fasal: Syarat-Syarat Sebelum Melaksanakan Shalat Syarat-syarat shalat sebelum masuk di dalamya ada lima, lafadz شروط merupakan bentuk jama’ dari شرط . Syarat secara bahasa adalah tanda, sedangkan syarat menurut istilah syari’at adalah sesuatu yang menentukan sahnya shalat, namun bukanlah bagian dari shalat itu sendiri. Dikecualiakan dengan qayid ini: rukun, karena rukun merupakan bagian dari shalat itu sendiri. Syarat pertama adalah sucinya anggota badan dari hadats, baik kecil maupun besar bagi orang yang mampu melakukan nya. Adapun orang yang tidak memiliki dua alat bersuci (air dan debu), maka baginya tetap dihukumi sah shalatnya namun wajib mengulangi. Kemudian sucinya seseorang dari najis yang adanya tidak dapat dimaafkan baik berada pada pakaian, anggota badan, maupun tempat melaksanakan shalat. Kyai mushonif akan menerangkan mengenai bagian akhir (tempat melaksanakan) pada bab berikutnya. Syarat kedua adalah menutupi warna aurat bagi yang mampu. Sehingga ketika ada seseora

Tata Krama Melaksanakan Mandi

  فصل: باب أداب الغسل Fasal: Tata Krama Melaksanakan Mandi فإذا أصابتك جنابة من احتلام أو وقاع, فخذ الإناء إلى المغتسل, واغسل يديك أولا ثلاثا, وأزل ما على بدنك من قذر. Ketika kalian sedang mengalami hadats janabat baik disebabkan oleh mimpi basah ataupun hubungan badan, maka ambilah wadah untuk mandi. Kemudian basuhlah kedua tangan kalian sebanyak tiga kali dan berusahalah menghilangkan kotoran yang masih menempel pada badan kalian.   وتوضاء كما سبق وضوئك للصلاة   مع جميع الدعوات, وأخر غسل قدميك كيلا يضيع الماء. فإذا فرغت من الوضوء فصب الماء على رأسك ثلاثا وأنت ناو وفع الحدث من الجنابة, ثم على شقك الأيمن ثلاثا ثم على الأيسر ثلاثا. Setelah membersihkan badan dari kotoran yang masih menempel, maka wudlu’ lah sebagaimana wudlu’ kalian ketika akan melaksanakan shalat, serta bacalah do’a-do’a yang telah diajarkan pada kalian. Dalam berwudlu’ ini, sebaiknya kalian mengakhirkan basuhan kedua kaki agar air yang kalian gunakan tidak terbuang sia-sia. Kemudian setelah selesai melaksana