Taubat adalah kembali, taubat adalah sesuatu yang suci, dan taubat adalah kebiasaan para nabi. Banyak sekali riwayat yang menerangkan tentang taubat. Salah satunya dikatakan bahwa, seseorang yang bertaubat seperti orang yang lahir kembali tanpa dosa.
أطلب متابا بالندامة مقلعا # وبعزم ترك الذنب فيما استقبل
وبراءة من كل حق الأدمي # فلهذه الأركان فارع وكملا
Dalam taubat ada kaifiyah agar taubat kita diterima Allah SWT. Taubat merupakan kembali dari jalan yang tidak sesuai syariat menuju jalan yang sesuai dengn tatanan syariat Allah.
Manusia memiliki dua hubungan muthlak, yaitu:
1. Dengan Allah.
2. Dengan sesama manusia.
Perjalanan awal pertaubatan manusia perlu ada di kalbunya sebuah penyesalan akan kekeliruan yang dilakukan. Karena tidak dinamakan taubat, seseorang yang di dalam hatinya tidak ada penyesalan. Setelah menyesal, tidak lama kemudian kita harus segera mengakhiri dosa yang dilakukan. Sebagai contoh, apabila sedang memakai barang yang bukan miliknya dan belum mendapat izin pemilik, sesegera mungkin harus mengembalikan. Setelah bersegera mengkahiri dosa, kita perlu azm/berangan-angan untuk senantiasa meninggalkan dosa tersebut. Perjalanan itulah yang harus ditempuh seseorang yang sedang bertaubat. Namun, ada satu hal lagi yang harus dilaksanakan apabila suatu dosa berhubungan dengan sesama manusia. Meminta ridlonya, meminta ampun nya, meminta ikhlasnya. Inilah dimana antara raja, panglima, dan rakyat biasa akan sama derajatnya. Menunduk, itulah utama. Meminta maaf pasti tidak akan mudah untuk sebagian orang. Karena, peminta harus menunduk agar menerima apa yang diinginkan.
Marilah, kita saling meminta maaf dan memaafkan. Tidak ada ruginya, tidak akan mengurangi derajat mulia seseorang yang meminta maaf. Bahkan orang yang memaafkan bukanlah orang yang tidak mampu membalas kedzoliman. Dia memilih agar ukhuwah islamiyyah, insaniyyah, dan basyariyyah tetap berjalan.والله أعلم
Komentar
Posting Komentar