Langsung ke konten utama

Nebas Buah-Buahan dan Menjual Hasil Pertanian


Menebas Buah-Buahan dan Menjual Hasil Pertanian.

Tidak boleh menjual buah-buahan tidak beserta pohonnya dengan cara memuthlakkan, maksudnya adalah tanpa mensyaratkan dipanen. Kecuali setelah tampak bagus/patutnya buah tersebut.

(ولا يجوز بيع الثمرة) المنفردة عن الشجرة (مطلقا) أي عن شرط القطع (إلا بعدَ بُدُوِّ) أي ظهورِ (صلاحها).

Kadar bagus adalah, apabila pada buah yang tidak berubah warna, maka sampai batas yang biasanya dikehendaki untuk dikonsumsi secara umum.

وهو فيما لا يتلون انتهاءُ حالها إلى ما يقصد منها غالبا.

Seperti manisnya tebu, masamnya kurma, dan lunaknya buah tin.

كحلاوة قصب وحموضة رُمان ولين تِين.

Dan kadar bagus dalam buah-buahan yang dapat berubah warna adalah dengan mulainya kemerah-merahan, kehitam-hitaman, dan kekuning-kuningan.

وفيما يتلون بأن يأخذ في حُمْرَةٍ أو سَوادٍ أو صُفرة.

Seperti anggur, ijas (Jawa: juwet), dan buah yang hampir matang (Jawa: nyadam).

كالعناب والإجاص والبلح.

Adapun sebelum nampak bagusnya buah-buahan, maka tidak sah menjualnya dengan cara memuthlakkan. Baik dari pemilik pohon maupun dari selainnya, kecuali dengan syarat telah dipanen. Baik dalam adat setempat berlaku syarat sudah dipanen maupun tidak.

أما قبل بُدُوِّ الصلاح فلا يصح بيعها مطلقا، لا من صاحب الشجرة ولا من غيره إلا بشرط القطع، سواء جرت العادة بقطع الثمرة أم لا.

Seandainya pohon yang berbuah telah dipotong, maka boleh menjualnya tanpa syarat memanen.

ولو قُطعت شجرةٌ عليها ثمرةٌ جاز

بيعها بلا شرطِ قطعها.

Tidak diperkenankan menjual hasil pertanian masih hijau dan masih ditanam di lahan, kecuali dengan syarat memotongnya atau mencabutnya.

ولا يجوز بيع الزرع الأخضر في الأرض إلا بشرطِ قطعِه أو قلعِه.

Sehingga, jika hasil pertanian dijual beresta lahannya atau tidak beserta lahannya setelah keras biji-bijinya, maka boleh tanpa adanya syarat memanen.

فإن بيع الزرع مع الأرض أو منفردا عنها بعد اشتداد الحَبِّ جاز بلا شرط.

Barang siapa menjual buah-buahan atau hasil pertanian yang belum nampak bagusnya, maka bagi orang tersebut wajib menyiraminya dengan kadar sekira buah tadi dapat tumbuh dan selamat dari kerusakan.

ومن باع ثمرا أو زرعا لم يبدُ صلاحُه لزمه سقيُه قدر ما تنمو به الثمرةُ وتسلم عن التلف.

Baik orang tersebut (penjual) memperbolehkan pembeli untuk mengambilnya maupun tidak.

سواء خَلَّى البائعُ بين المشتري والمبيع أو لم يُخَلِّ.

Tidak diperkenankan menjual barang-barang ribawi dibeli dengan sejenisnya dalam keadaan masih basah. Lafadz “rathban” dengan tha’ yang tanpa titik.

(ولا) يجوز (بيع ما فيه الربا بجنسه رَطْبا) بسكون الطاء المهملة.

Dengan keterangan tersebut, kyai Mushanif memberi isyarat bahwa, dalam jual beli barang ribawi harus dalam keadaan sempurna.

وأشار بذلك إلى أنه يعتبر في بيع الربويات حالة الكمال.

Sehingga, tidak sah semisal menjual anggur dibeli dengan anggur.

فلا يصح مثلا بيع عِنَب بعنب.

Kemudian dari keterangan-keterangan di atas, kyai Mushanif mengecualikan susu. Maksudnya boleh menjual sebagian susu dibeli dengan sebagian susu lain sebelum dijadikan keju.

ثم استثنى المصنفُ مما سبق قولَه: (إلا اللبنَ)، أي فإنه يجوز بيع بعضه ببعض قبل تَجْبِينه.

Kyai Mushanif memuthlakkan susu, sehingga di dalamnya memuat susu cair, susu kental, susu murni, dan susu masam.

وأطلق المصنف اللبنَ فشمل الحليب والرائب والمخيض والحامض.

Ukuran dalam susu adalah takaran, sehingga sah menjual susu kental dibeli dengan susu cair dengan takaran meskipun berbeda dalam timbangan. Wallahu A’lam.

والمعيارُ في اللبن الكيلُ حتى يصحَّ بيعُ الرائب بالحليب كيلا وإن تفاوتَا وزنًا.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ghasab

  Fasal: Menerangkan Hukum - Hukum Ghasab Secara bahasa ghasab diartikan dengan mengambil sesuatu secara dzalim dengan cara terang-terangan. Sedangkan dalam literatur syariat ghasab diartikan sebagai menguasai hak orang lain dengan cara dzalim atau tidak semestinya. وهو لغةً أخذ الشيء ظُلمًا مجاهرة وشرعا الاستيلاء على حق الغير عُدْوانًا Ukuran penguasaan disini dikembalikan pada adat yang berlaku. ويُرجع في الاستيلاء للعرف Termasuk di dalam hak orang lain, sesuatu yang sah dighasab adalah suatu barang yang selain harta, seperti kulit bangkai. Dikecualikan dari “secara tidak semestinya”: menguasai harta orang lain dengan cara akad. ودخل في حق الغير ما يصح غصبه مما ليس بمال كجلد ميتة. وخرج بعُدوانا الاستيلاء على مال الغير بعقد Konsekuensi Ghasab:   Barang siapa ghasab harta orang lain, maka baginya wajib mengembalikan harta tersebut pada pemiliknya. Meskipun dal

Syarat-Syarat Sebelum Melaksanakan Shalat

Fasal: Syarat-Syarat Sebelum Melaksanakan Shalat Syarat-syarat shalat sebelum masuk di dalamya ada lima, lafadz شروط merupakan bentuk jama’ dari شرط . Syarat secara bahasa adalah tanda, sedangkan syarat menurut istilah syari’at adalah sesuatu yang menentukan sahnya shalat, namun bukanlah bagian dari shalat itu sendiri. Dikecualiakan dengan qayid ini: rukun, karena rukun merupakan bagian dari shalat itu sendiri. Syarat pertama adalah sucinya anggota badan dari hadats, baik kecil maupun besar bagi orang yang mampu melakukan nya. Adapun orang yang tidak memiliki dua alat bersuci (air dan debu), maka baginya tetap dihukumi sah shalatnya namun wajib mengulangi. Kemudian sucinya seseorang dari najis yang adanya tidak dapat dimaafkan baik berada pada pakaian, anggota badan, maupun tempat melaksanakan shalat. Kyai mushonif akan menerangkan mengenai bagian akhir (tempat melaksanakan) pada bab berikutnya. Syarat kedua adalah menutupi warna aurat bagi yang mampu. Sehingga ketika ada seseora

Tata Krama Melaksanakan Mandi

  فصل: باب أداب الغسل Fasal: Tata Krama Melaksanakan Mandi فإذا أصابتك جنابة من احتلام أو وقاع, فخذ الإناء إلى المغتسل, واغسل يديك أولا ثلاثا, وأزل ما على بدنك من قذر. Ketika kalian sedang mengalami hadats janabat baik disebabkan oleh mimpi basah ataupun hubungan badan, maka ambilah wadah untuk mandi. Kemudian basuhlah kedua tangan kalian sebanyak tiga kali dan berusahalah menghilangkan kotoran yang masih menempel pada badan kalian.   وتوضاء كما سبق وضوئك للصلاة   مع جميع الدعوات, وأخر غسل قدميك كيلا يضيع الماء. فإذا فرغت من الوضوء فصب الماء على رأسك ثلاثا وأنت ناو وفع الحدث من الجنابة, ثم على شقك الأيمن ثلاثا ثم على الأيسر ثلاثا. Setelah membersihkan badan dari kotoran yang masih menempel, maka wudlu’ lah sebagaimana wudlu’ kalian ketika akan melaksanakan shalat, serta bacalah do’a-do’a yang telah diajarkan pada kalian. Dalam berwudlu’ ini, sebaiknya kalian mengakhirkan basuhan kedua kaki agar air yang kalian gunakan tidak terbuang sia-sia. Kemudian setelah selesai melaksana