Langsung ke konten utama

Ashnaf Zakat

 

فصل: (وتدفع الزكاة إلى الأصناف الثمانية الذين ذكرهم الله تعالى في كتابه العزيز في قوله تعالى: {إنما الصدقات للفقراء والمساكين والعاملين عليها والمؤلفة قلوبهم وفي الرقاب والغارمين وفي سبيل الله وابن السبيل} [التوبة: 60]، هو ظاهر غني عن الشرح إلا معرفة الأصناف المذكورة. فالفقير في الزكاة هو الذي لا مال له ولا كسب يقع موقعا من حاجته؛ أما الفقير العرايا فهو من لا نقد بيده.

والمسكين من قدر على مال أو كسب يقع كل منهما موقعا من كفايته ولا يكفيه، كمن يحتاج إلى عشرة دراهم وعنده سبعة. والعامل من استعمله الإمام على أخذ الصدقات ودفعها لمستحقيها. والمؤلفة قلوبهم وهم أربعة أقسام: أحدها مؤلفة المسلمين، وهو من أسلم ونيته ضعيفة في الإسلام فتألف بدفع الزكاة له، وبقية الأقسام مذكورة في المبسوطات. وفي الرقاب وهم المكاتبون كتابة صحيحة؛ أما المكاتب كتابة فاسدة فلا يعطى من سهم المكاتبين. والغارم على ثلاثة أقسام: أحدها من استدان دينا لتسكين فتنة بين طائفتين في قتيل لم يطهر قاتله، فتحمل دينا بسبب ذلك فيقضى دينه من سهم الغارمين، غنيا كان أو فقيرا. وإنما يعطى الغارم عند بقاء الدين عليه؛ فإن أداه من ماله أو دفعه ابتداء لم يعط من سهم الغارمين؛ وبقية أقسام الغارمين في المبسوطات. وأما سبيل الله فهم الغزاة الذين لا سهم لهم في ديوان المرتزقة، بل هم متطوعون بالجهاد. وأما ابن سبيل فهو من ينشئ سفرا من بلد الزكاة أو يكون مجتازا ببلدها، ويشترط فيه الحاجة وعدم المعصية.

وقوله: (وإلى من يوجد منهم) أي الأصناف فيه إشارة إذا فقد بعض الأصناف ووجد البعض تصرف لمن يوجد منهم؛ فإن فقدوا كلهم حفظت الزكاة حتى يوجدوا كلهم أو بعضهم. (ولا يقتصر) في إعطاء الزكاة (على أقل من ثلاثة من كل صنف) من الأصناف الثمانية (إلا العامل)؛ فإنه يجوز أن يكون واحدا إن حصلت به الحاجة - وفي بعض النسخ «الكفاية» - فإن صرف لاثنين من كل صنف غرم للثالث أقل متمول. وقيل يغرم له الثلث.

(وخمسة لا يجوز دفعها) أي الزكاة (إليهم: الغني بمال أو كسب، والعبد، وبنو هاشم، وبنو المطلب) سواء منعوا حقهم من خمس الخمس أم لا، وكذا عتقاؤهم لا يجوز دفع الزكاة إليهم. ويجوز لكل منهم أخذ صدقة التطوع على المشهور، (والكافر). وفي بعض النسخ «ولا تصح للكافر».

(ومن تلزم المزكي نفقته لا يدفعها) أي الزكاة (إليهم باسم الفقراء والمساكين). ويجوز دفعها إليهم باسم كونهم غزاة وغارمين مثلا.

[محمد بن قاسم الغزي ,فتح القريب المجيب في شرح ألفاظ التقريب = القول المختار في شرح غاية الاختصار ,page 135]

Fasal: Penerima Zakat (Ashnaf Zakat)

Ashnaf Zakat:

Zakat diberikan pada delapan golongan yang sudah disebutkan Allah dalam kitab Al-Qur’an al-Aziz dalam firman Nya yang kurang lebih memiliki arti sebagai berikut:

Sesungguhnya zakat itu diperuntukkan bagi orang faqir, miskin, amil zakat, muallaf hatinya (orang yang baru masuk agama Islam), budak, orang yang terjebak hutang karena berjuang di jalan Allah, dan ibn sabil.

Firman Allah di atas sudah jelas dan tidak perlu diberi penjelasan lagi, kecuali pendalaman untuk setiap golongan.

Penjelasan Rinci Ashnaf Zakat:

1.  Faqir adalah seseorang yang tidak memiliki harta dan pekerjaan yang sekira dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari. Adapun yang dimaksud dengan faqir dalam bab jual beli adalah mereka yang tidak memiliki uang.

2.  Miskin adalah seseorang yang memiliki harta dan pekerjaan yang keduanya dapat ditasarufkan untuk memenuhi kebutuhan mereka, namun belum mencukupi. Sebagaimana seseorang membutuhkan sepuluh dirham dan dalam penguasaan orang tersebut hanya memiliki tujuh dirham.

3.      Amil adalah seseorang yang ditunjuk imam sebagai pengambil harta zakat dari muzakki dan membagikannya pada ashnaf yang memiliki hak atas harta zakat tersebut.

4.   Orang yang muallaf hatinya dibagi menjadi empat bagian, salah satunya adalah orang yang muallaf muslim yaitu seseorang yang masuk agama Islam, namun masih lemah niatnya maka, harta zakat berhak atas orang tersebut. Adapun bagian lain dijelaskan dalam kitab yang masih panjang pembahasannya.

5.   Budak yang dimaksud disini adalah budak mukatabah yang shahih (budak yang dijanji tuanya akan dimerdekakan apabila mampu membayar uang dengan perjanjian yang terjadi antar keduanya). Adapun budak mukatabah fasidah, baginya tidak berlaku bagian zakat.

6.   Orang yang berhutang dibagi menjadi tiga, salah satunya adalah orang yang berhutang dengan tujuan menenangkan fitnah yang terjadi antara dua kelompok yang mana terdapat pembunuhan di dalamnya dan belum jelas siapa yang membunuh orang tersebut. Kemudian gharim berhutang untuk melunasi hutangnya terbunuh. Berdasarkan qodliyyah tersebut maka, hutang gharim tadi dibayar dengan bagian harta zakat gharimin.

Gharim diberi harta zakat dengan ketentuan, apabila dia belum membayar hutang yang ditanggungnya tadi. Jika gharim sudah membayar hutang dengan lunas maka, gharim tidak mendapat bagian dari harta zakat tersebut. Adapun gharim-gharim lainnya dijelaskan dalam kitab yang lebih luas pembahasannya.

7.  Seseorang yang berjuang di jalan Allah adalah mereka yang ikut berpatisipasi dalam peperangan, namun namanya tidak tercatat pada buku catatan bayaran pasukan. Mereka sukarela berpatisipasi  dalam peperangan.

8.   Ibn sabil adalah seseorang yang berada pada wilayah zakat atau hanya lewat wilayah zakat dan orang tersebut dalam keadaan musafir. Ibn sabil dapat menerima zakat dengan syarat dia memiliki tujuan dan tidak bermaksiat.

Pembagian Harta Zakat:

Dawuh kyai mushanif “diberikan pada seseorang/golongan yang ditemukan pada waktu itu”: memberi pemahaman bahwa, ketika hanya ditemukan sebagian ashnaf maka, seluruh harta zakat ditasarufkan pada mereka. Ketika tidak ditemukan sama sekali maka, harta zakat di simpan dan ditasarufkan ketika sudah ditemukan ashnaf zakat seluruhnya atau hanya sebagiannya.

Dalam pembagian harta zakat, tidak diperbolehkan hanya meringkasnya dengan diberikan pada kurang dari tiga orang dari setiap golongan (minimal diberikan pada tiga orang) kecuali amil, bagi amil diperbolehkan diringkas hanya pada satu orang ketika amil menyanggupinya.

Ketika amil membagikan harta zakat dengan hanya diberikan pada dua orang dalam setiap golongan maka, amil masih menanggung harta orang ketiga dengan kadar konversi harta zakat tersebut. Ada pendapat lain mengatakan, amil masih menanggung harta dengan kadar 1/3.

Golongan Yang Haram Diberi Zakat:

Lima golongan yang tidak boleh menerima atau diberi harta zakat:

Pertama adalah orang yang kaya baik dengan harta maupun pekerjaan.

Kedua adalah budak.

Ketiga adalah bani Hasyim.

Keempat adalah bani Muthalib. Hukumnya sama mereka tercegah dalam bagian 1/5 atau tidak. Begitu juga dengan budak yang telah dimerdekakan oleh bani Hasyim maupun bani Muthalib. Mereka semua dilarang menerima bagian harta zakat, namun boleh mengambil bagian shadaqah sunnah menurut qaul Masyhur.

Kelima adalah orang kafir. Dalam redaksi kitab lain disebutkan.ولا تصح لكافر

Seseorang yang nafkahnya ditanggung muzakki, mereka juga tidak diperbolehkan menerima zakat dengan alasan faqir atau miskin, namun mereka boleh menerima zakat dari muzakki dengan alasan gharim atau sabilillah. Wallahu A’lam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ghasab

  Fasal: Menerangkan Hukum - Hukum Ghasab Secara bahasa ghasab diartikan dengan mengambil sesuatu secara dzalim dengan cara terang-terangan. Sedangkan dalam literatur syariat ghasab diartikan sebagai menguasai hak orang lain dengan cara dzalim atau tidak semestinya. وهو لغةً أخذ الشيء ظُلمًا مجاهرة وشرعا الاستيلاء على حق الغير عُدْوانًا Ukuran penguasaan disini dikembalikan pada adat yang berlaku. ويُرجع في الاستيلاء للعرف Termasuk di dalam hak orang lain, sesuatu yang sah dighasab adalah suatu barang yang selain harta, seperti kulit bangkai. Dikecualikan dari “secara tidak semestinya”: menguasai harta orang lain dengan cara akad. ودخل في حق الغير ما يصح غصبه مما ليس بمال كجلد ميتة. وخرج بعُدوانا الاستيلاء على مال الغير بعقد Konsekuensi Ghasab:   Barang siapa ghasab harta orang lain, maka baginya wajib mengembalikan harta tersebut pada pemiliknya. Meskipun dal

Syarat-Syarat Sebelum Melaksanakan Shalat

Fasal: Syarat-Syarat Sebelum Melaksanakan Shalat Syarat-syarat shalat sebelum masuk di dalamya ada lima, lafadz شروط merupakan bentuk jama’ dari شرط . Syarat secara bahasa adalah tanda, sedangkan syarat menurut istilah syari’at adalah sesuatu yang menentukan sahnya shalat, namun bukanlah bagian dari shalat itu sendiri. Dikecualiakan dengan qayid ini: rukun, karena rukun merupakan bagian dari shalat itu sendiri. Syarat pertama adalah sucinya anggota badan dari hadats, baik kecil maupun besar bagi orang yang mampu melakukan nya. Adapun orang yang tidak memiliki dua alat bersuci (air dan debu), maka baginya tetap dihukumi sah shalatnya namun wajib mengulangi. Kemudian sucinya seseorang dari najis yang adanya tidak dapat dimaafkan baik berada pada pakaian, anggota badan, maupun tempat melaksanakan shalat. Kyai mushonif akan menerangkan mengenai bagian akhir (tempat melaksanakan) pada bab berikutnya. Syarat kedua adalah menutupi warna aurat bagi yang mampu. Sehingga ketika ada seseora

Tata Krama Melaksanakan Mandi

  فصل: باب أداب الغسل Fasal: Tata Krama Melaksanakan Mandi فإذا أصابتك جنابة من احتلام أو وقاع, فخذ الإناء إلى المغتسل, واغسل يديك أولا ثلاثا, وأزل ما على بدنك من قذر. Ketika kalian sedang mengalami hadats janabat baik disebabkan oleh mimpi basah ataupun hubungan badan, maka ambilah wadah untuk mandi. Kemudian basuhlah kedua tangan kalian sebanyak tiga kali dan berusahalah menghilangkan kotoran yang masih menempel pada badan kalian.   وتوضاء كما سبق وضوئك للصلاة   مع جميع الدعوات, وأخر غسل قدميك كيلا يضيع الماء. فإذا فرغت من الوضوء فصب الماء على رأسك ثلاثا وأنت ناو وفع الحدث من الجنابة, ثم على شقك الأيمن ثلاثا ثم على الأيسر ثلاثا. Setelah membersihkan badan dari kotoran yang masih menempel, maka wudlu’ lah sebagaimana wudlu’ kalian ketika akan melaksanakan shalat, serta bacalah do’a-do’a yang telah diajarkan pada kalian. Dalam berwudlu’ ini, sebaiknya kalian mengakhirkan basuhan kedua kaki agar air yang kalian gunakan tidak terbuang sia-sia. Kemudian setelah selesai melaksana