Langsung ke konten utama

Nishab Emas dan Perak


فصل: (ونصاب الذهب عشرون مثقالا) تحديدا بوزن مكة، والمثقال درهم وثلاثة أسباع درهم، (وفيه) أي نصاب الذهب (ربع العشر، وهو نصف مثقال، وفيما زاد) على عشرين مثقالا (بحسابه) وإن قل الزائد.

ونصاب الورق بكسر الراء، وهو الفضة (مائتا درهم، وفيه ربع العشر، وهو خمسة دراهم وفيما زاد) على المائتين (بحسابه) وإن قل الزائد،

 ولا شيء في المغشوش من ذهب أو فضة حتى يبلغ خالصه نصابا. (ولا يجب في الحلي المباح زكاة). أما المحرم كسوار وخلخال لرجل وخنثى فتجب الزكاة فيه.

[محمد بن قاسم الغزي، فتح القريب المجيب في شرح ألفاظ التقريب = القول المختار في شرح غاية الاختصار، صفحة ١٢٨]

Fasal: Nishab Emas dan Perak

Zakat Emas

Nishab emas adalah dua puluh mitsqal secara pasti dengan kadar timbangan kota Mekah (85 gram emas). Satu mitsqal adalah satu dirham lebih tiga pertujuh. Dalam nishab tersebut seseorang wajib mengeluarkan zakat dengan kadar 4/10 atau 2,5%, yaitu setengah mitsqal. Dan setiap bertambah satu mitsqal, maka zakatnya sesuai dengan persentase emas tersebut. Meskipun tambahan nya hanya sedikit.

Misal seseorang memiliki emas seberat 200 gram dan sudah mencapai satu haul (dihitung dengan kalender hijriyyah). Maka orang tersebut wajib mengeluarkan zakat dengan presentase sebagai berikut:


Zakat Perak

Nishab wariq, lafadz ورق dengan dibaca kasroh ro’ nya merupakan sebutan lain perak. Nishabnya adalah dua ratus dirham (595 gram perak). Dalam kadar tersebut seseorang wajib mengeluarkan zakat 4/10 atau 2,5%, yaitu lima dirham. Dan setiap tambahan dalam dua ratus dirham tadi dengan persentase perak tersebut. Meskipun tambahan nya hanyalah sedikit.

Misal seseorang memiliki perak seberat 700 gram dan orang tersebut berhasil menyimpan perak tersebut dengan kadar yang sama dalam kurun satu haul. Maka orang tersebut wajib mengeluarkan zakat dengan persentasi sebagai berikut:

Tidak wajib mengeluarkan zakat untuk barang-barang yang dicampur dengan emas atau perak. Kecuali apabila kadar murni emas atau perak tersebut dijumlah sudah mencapai nishab.

Tidak wajib pula zakat untuk perhiasan-perhaisan yang dimubahkan. Adapun untuk perhiasan yang diharamkan seperti gelang tangan atau gelang kaki bagi laki-laki dan khuntsa. Maka, wajib zakat atas perhiasan tersebut. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ghasab

  Fasal: Menerangkan Hukum - Hukum Ghasab Secara bahasa ghasab diartikan dengan mengambil sesuatu secara dzalim dengan cara terang-terangan. Sedangkan dalam literatur syariat ghasab diartikan sebagai menguasai hak orang lain dengan cara dzalim atau tidak semestinya. وهو لغةً أخذ الشيء ظُلمًا مجاهرة وشرعا الاستيلاء على حق الغير عُدْوانًا Ukuran penguasaan disini dikembalikan pada adat yang berlaku. ويُرجع في الاستيلاء للعرف Termasuk di dalam hak orang lain, sesuatu yang sah dighasab adalah suatu barang yang selain harta, seperti kulit bangkai. Dikecualikan dari “secara tidak semestinya”: menguasai harta orang lain dengan cara akad. ودخل في حق الغير ما يصح غصبه مما ليس بمال كجلد ميتة. وخرج بعُدوانا الاستيلاء على مال الغير بعقد Konsekuensi Ghasab:   Barang siapa ghasab harta orang lain, maka baginya wajib mengembalikan harta tersebut pada pemiliknya. Meskipun dal

Syarat-Syarat Sebelum Melaksanakan Shalat

Fasal: Syarat-Syarat Sebelum Melaksanakan Shalat Syarat-syarat shalat sebelum masuk di dalamya ada lima, lafadz شروط merupakan bentuk jama’ dari شرط . Syarat secara bahasa adalah tanda, sedangkan syarat menurut istilah syari’at adalah sesuatu yang menentukan sahnya shalat, namun bukanlah bagian dari shalat itu sendiri. Dikecualiakan dengan qayid ini: rukun, karena rukun merupakan bagian dari shalat itu sendiri. Syarat pertama adalah sucinya anggota badan dari hadats, baik kecil maupun besar bagi orang yang mampu melakukan nya. Adapun orang yang tidak memiliki dua alat bersuci (air dan debu), maka baginya tetap dihukumi sah shalatnya namun wajib mengulangi. Kemudian sucinya seseorang dari najis yang adanya tidak dapat dimaafkan baik berada pada pakaian, anggota badan, maupun tempat melaksanakan shalat. Kyai mushonif akan menerangkan mengenai bagian akhir (tempat melaksanakan) pada bab berikutnya. Syarat kedua adalah menutupi warna aurat bagi yang mampu. Sehingga ketika ada seseora

Tata Krama Melaksanakan Mandi

  فصل: باب أداب الغسل Fasal: Tata Krama Melaksanakan Mandi فإذا أصابتك جنابة من احتلام أو وقاع, فخذ الإناء إلى المغتسل, واغسل يديك أولا ثلاثا, وأزل ما على بدنك من قذر. Ketika kalian sedang mengalami hadats janabat baik disebabkan oleh mimpi basah ataupun hubungan badan, maka ambilah wadah untuk mandi. Kemudian basuhlah kedua tangan kalian sebanyak tiga kali dan berusahalah menghilangkan kotoran yang masih menempel pada badan kalian.   وتوضاء كما سبق وضوئك للصلاة   مع جميع الدعوات, وأخر غسل قدميك كيلا يضيع الماء. فإذا فرغت من الوضوء فصب الماء على رأسك ثلاثا وأنت ناو وفع الحدث من الجنابة, ثم على شقك الأيمن ثلاثا ثم على الأيسر ثلاثا. Setelah membersihkan badan dari kotoran yang masih menempel, maka wudlu’ lah sebagaimana wudlu’ kalian ketika akan melaksanakan shalat, serta bacalah do’a-do’a yang telah diajarkan pada kalian. Dalam berwudlu’ ini, sebaiknya kalian mengakhirkan basuhan kedua kaki agar air yang kalian gunakan tidak terbuang sia-sia. Kemudian setelah selesai melaksana