{فصل} في الحَوالَة، بفتح الحاء، وحكى كسرها. وهي لغةً التحول أي
الانتقال .وشرعا
نقل الحق من ذمة المحيل إلى ذمة المُحال عليه
Fasal Menerangkan Tentang Pemindahan Hutang
(Jawa: Ligeran)
Pengertian
Lafadz hawalah dapat dibaca
dengan fathah ha’nya atau kasroh ha’nya.
Secara bahasa hiwalah memiliki arti
perpindahan atau pemindahan. Sedangkan dalam literatur syariah hiwalah diartikan
sebagai memindahkan hak, yang semula adalah tanggungan muhil[1]
menjadi tanggungan muhal ‘alaih[2].
(وشرائط الحوالة أربعة): أحدها (رضا المحيل) وهو من عليه الدين، لا
المحال عليه؛ فإنه لا يشترط رضاه في الأصح. ولا تصح الحوالة على من لا دَينَ عليه.
(و) الثاني (قبول المحتال)، وهو مستحق الدين على المحيل. (و) الثالث (كون الحق)
المحال به (مستقرا في الذمة). والتقييد بالاستقرار موافق لما قاله الرافعي، لكن
النووي استدرك عليه في الروضة. وحينئذ فالمعتبر في دين الحوالة أن يكون لازما أو
يؤول إلى اللزوم. (و) الرابع (اتفاق ما) أي الدين الذي (في ذمة المحيل والمحال
عليه في الجنس) والقدر (والنوع والحلول والتأجيل) والصحة والتكسير
Syarat-Syarat Pelaksanaan Hiwalah
Syarat-syarat untuk melaksanakan hiwalah ada
empat, yaitu:
Pertama adalah persetujuan dari muhil,
yaitu seseorang yang memiliki tanggungan awal. Bukan persetujuan dari muhal ‘alaih.
Karena menurut qaul al-ashah persetujuan dari muhal ‘alaih ini
tidak diperlukan. Dan hiwalah tidak sah bagi seseorang yang tidak
memiliki hutang atau tanggungan.
Kedua adalah persetujuan dari muhtal[3],
yaitu seseorang yang memiliki hak atas hutang muhil.
Ketiga adalah tanggungan tersebut memang
sudah sah menjadi hutang dari muhil. Kyai mushanif memberi batasan
dengan dawuh: “sahnya tanggungan” adalah cocok dengan pendapat Imam al-Rafi’i,
akan tetapi dalam kitab al-Raudlah Imam al-Nawawi memberi pendapat: “yang
dianggap sebagai tanggungan dalam akad hiwalah adalah hutang yang memang
sudah sah atau memang akan disahkan”.
Keempat adalah sepadannya tanggungan antara muhil
dan muhal ‘alaih dalam jenis, kadar, macam, waktu penyerahan, waktu
pembayaran, utuh, dan terpisahnya.
(وتبرأ بها) أي الحوالة (ذمة المحيل) أي عن دَين المحتال، ويبرأ
أيضا المحالُ عليه عن دين المحيل، ويتحول حق المحتال إلى ذمة المحال عليه حتى لو
تعذر أخذه من المحال عليه بفلس أو جحد للدين ونحوهما
لم يرجع على المحيل. ولو كان المحال عليه مفلسا عند الحوالة وجهله المحتال فلا
رجوع له أيضا على المحيل
Dengan akad hiwalah, tanggungan muhil
atas muhtal atau tanggungan muhal ‘alaih atas muhil dianggap
selesai. Sehingga apabila muhtal kesulitan menagih hutang pada muhal ‘alaih
dikarenakan muhal ‘alaih bangkrut atau wanprestasi, maka muhtal
tidak dapat kembali menagih muhil. Meskipun terjadi semacam kasus muhal
‘alaih adalah orang yang bangkrut ketika akad hiwalah dan hal
tersebut tidak diketahui oleh muhtal, maka tanggungan tersebut tidak
lantas kembali pada muhil. Wallahu A’lam.
[1] Muhil adalah seseorang yang sebenarnya memiliki
tanggungan atau disebut sebagai orang yang menyerahkan tanggungannya.
[2] Muhal ‘Alaih adalah seseorang yang menerima tanggungan dari
muhil atau disebut sebagai orang yang menerima tanggungan.
[3] Muhtal adalah seseorang yang memiliki hak atas hutang
muhil.
Komentar
Posting Komentar