Langsung ke konten utama

Gerhana

 

Gerhana

Fasal: Menerangkan Mengenai Shalat Gerhana

Shalat gerhana matahari dan gerhana bulan hukum melaksanakan keduanya adalah sunah mukkadah. Sehingga, apabila kedua shalat ini kehabisan waktu, maka tidak perlu diqadla’i yaitu tidak disyariatkan untuk menqadla’ shalat tersebut.

Seseorang melaksanakan shalat gerhana matahari dan gerhana bulan sebanyak dua rakaat dengan cara melakukan takbiratul ihram dan berniat untuk melaksanakan shalat gerhana, kemudian setelah membaca do’a iftitah dan membaca ta’awwudz seseorang harus membaca surat Al-Fatihah, kemudian rukuk dan mengangkat kepalanya dari rukuk dan melaksanakan i’tidal, kemudian seseorang tadi membaca surat Al-Fatihah untuk yang kedua kali dan melaksanakan rukuk utnuk yang kedua kali dengan cara lebih cepat dibandingkan rukuk yang pertama, kemudian seseorang tadi melaksanakan i’tidal untuk yang kedua kalinya, kemudian melaksanakan sujud sebanyak dua kali dengan thuma’ninah dalam setiap rukun. Seseorang shalat pada rakaat yang kedua dengan dua kali berdiri, dua kali bacaan surat Al-Fatihah, dua kali rukuk, dua kali i’tidal, dan dua kali sujud. Hal ini merupakan maksud dari dawuh kyai mushonif: “dalam setiap rakaat dari kedua rakaat seseorang melaksanakan dua kali berdiri dengan memanjangkan bacaan shalat, sebagaimana yang akan dijelaskan. Dalam setiap rakaat seseorang melaksanakan dua kali rukuk yang mana orang tersebut memanjangkan bacaan tasbih dalam kedua rukuk tersebut, memanjangkan tasbih ini tidak berlaku dalam sujud. Sehingga seseorang tidak diperlu memanjangkan bacaan tasbih dalam sujud. Pendapat ini merupakan salah satu dari dua pendapat, tetapi pendapat yang shahih adalah seseorang memanjangkan bacaan tasbih dalam sujud sebagaimana dalam rukuk yang dilaksanakan sebelum sujud”.

Seorang imam melakukan khutbah setelah melaksanakan dua shalat gerhana tadi, yaitu gerhana matahari dan bulan sebanyak dua khutbah seperti khutbah shalat jumat dalam rukun dan syarat-syaratnya. Seorang imam dalam kedua kuthbah tadi mengajak kaum nya untuk bertaubat dari dosa, melakukan kebaikan seperti shadaqah, memerdekakan budak, dan semacamnya.

Seorang imam melirihkan bacaan dalam shalat gerhana matahari dan mengeraskan bacaan dalam shalat gerhana bulan.

Shalat gerhana matahari menjadi kehabisan waktu dengan menjadi terangnya langit yang gelap karena gerhana dan  terbenamnya matahari dalam keadaan masih gerhana.

Shalat gerhana bulan menjadi kehabisan waktu dengan menjadi terangnya langit yang gelap karena gerhana dan munculnya matahari. Namun, tidak kehabisan waktu dengan munculnya fajar dan terbenamnya bulan dalam keadaan masih gerhana.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ghasab

  Fasal: Menerangkan Hukum - Hukum Ghasab Secara bahasa ghasab diartikan dengan mengambil sesuatu secara dzalim dengan cara terang-terangan. Sedangkan dalam literatur syariat ghasab diartikan sebagai menguasai hak orang lain dengan cara dzalim atau tidak semestinya. وهو لغةً أخذ الشيء ظُلمًا مجاهرة وشرعا الاستيلاء على حق الغير عُدْوانًا Ukuran penguasaan disini dikembalikan pada adat yang berlaku. ويُرجع في الاستيلاء للعرف Termasuk di dalam hak orang lain, sesuatu yang sah dighasab adalah suatu barang yang selain harta, seperti kulit bangkai. Dikecualikan dari “secara tidak semestinya”: menguasai harta orang lain dengan cara akad. ودخل في حق الغير ما يصح غصبه مما ليس بمال كجلد ميتة. وخرج بعُدوانا الاستيلاء على مال الغير بعقد Konsekuensi Ghasab:   Barang siapa ghasab harta orang lain, maka baginya wajib mengembalikan harta tersebut pada pemiliknya. Meskipun dal

Syarat-Syarat Sebelum Melaksanakan Shalat

Fasal: Syarat-Syarat Sebelum Melaksanakan Shalat Syarat-syarat shalat sebelum masuk di dalamya ada lima, lafadz شروط merupakan bentuk jama’ dari شرط . Syarat secara bahasa adalah tanda, sedangkan syarat menurut istilah syari’at adalah sesuatu yang menentukan sahnya shalat, namun bukanlah bagian dari shalat itu sendiri. Dikecualiakan dengan qayid ini: rukun, karena rukun merupakan bagian dari shalat itu sendiri. Syarat pertama adalah sucinya anggota badan dari hadats, baik kecil maupun besar bagi orang yang mampu melakukan nya. Adapun orang yang tidak memiliki dua alat bersuci (air dan debu), maka baginya tetap dihukumi sah shalatnya namun wajib mengulangi. Kemudian sucinya seseorang dari najis yang adanya tidak dapat dimaafkan baik berada pada pakaian, anggota badan, maupun tempat melaksanakan shalat. Kyai mushonif akan menerangkan mengenai bagian akhir (tempat melaksanakan) pada bab berikutnya. Syarat kedua adalah menutupi warna aurat bagi yang mampu. Sehingga ketika ada seseora

Tata Krama Melaksanakan Mandi

  فصل: باب أداب الغسل Fasal: Tata Krama Melaksanakan Mandi فإذا أصابتك جنابة من احتلام أو وقاع, فخذ الإناء إلى المغتسل, واغسل يديك أولا ثلاثا, وأزل ما على بدنك من قذر. Ketika kalian sedang mengalami hadats janabat baik disebabkan oleh mimpi basah ataupun hubungan badan, maka ambilah wadah untuk mandi. Kemudian basuhlah kedua tangan kalian sebanyak tiga kali dan berusahalah menghilangkan kotoran yang masih menempel pada badan kalian.   وتوضاء كما سبق وضوئك للصلاة   مع جميع الدعوات, وأخر غسل قدميك كيلا يضيع الماء. فإذا فرغت من الوضوء فصب الماء على رأسك ثلاثا وأنت ناو وفع الحدث من الجنابة, ثم على شقك الأيمن ثلاثا ثم على الأيسر ثلاثا. Setelah membersihkan badan dari kotoran yang masih menempel, maka wudlu’ lah sebagaimana wudlu’ kalian ketika akan melaksanakan shalat, serta bacalah do’a-do’a yang telah diajarkan pada kalian. Dalam berwudlu’ ini, sebaiknya kalian mengakhirkan basuhan kedua kaki agar air yang kalian gunakan tidak terbuang sia-sia. Kemudian setelah selesai melaksana