Langsung ke konten utama

Rakaat Shalat

 

Rakaat shalat

Fasal: Menerangkan Mengenai Bilangan Rakaat Dalam Shalat

Jumlah rakaat shalat fardlu dalam sehari semalam, dilaksanakan oleh orang yang tidak bepergian, dan selain pada hari jumat adalah tujuh belas rakaat.

Adapun pada hari jumat jumlah rakaat shalat fardlu dalam sehari semalam adalah lima belas rakaat.

Adapun jumlah rakaat shalat fardlu bagi orang yang sedang bepergian dan menqashar shalat dalam sehari semalam adalah sebelas rakaat.

Dawuh kyai mushonif “dalam tujuh belas rakaat tadi terdapat tiga puluh empat sujud, sembilan puluh empat takbir, sembilan tasyahud, sepuluh salaman, seratus lima puluh tiga bacaan tasbih, jumlah rukun dalam shalat adalah seratus dua puluh enam, dalam shalat shubuh terdapat tiga puluh rukun, dalam shalat maghrib terdapat empat puluh dua rukun, dan pada shalat-shalat yang memiliki empat rakaat masing-masing terdapat lima puluh empat rukun” sudah jelas dan tidak membutuhkan penjelasan.

Seseorang yang tidak mampu melaksanakan shalat dengan berdiri dalam shalat fardlu karena sulitnya perkara yang ditemui orang tersebut ketika berdiri, maka orang tersebut boleh melaksanakan shalat dengan duduk dengan semampunya, namun duduk dengan posisi iftirasy pada tempat berdirinya seseorang ketika melaksanakan shalat dengan berdiri lebih diutamakan dibandingkan duduk dengan posisi bersila, pendapat ini menurut qaul adzhar (penjelasan mengenai qaul ini akan segera disusulkan).

Seseorang yang tidak mampu melaksanakan shalat dengan duduk, maka orang tersebut diperbolehkan melaksanakan shalat dengan tidur miring. Apabila tidak mampu tidur miring, maka dengan cara menjadikan sandaran punggung nya dan kedua kakinya menghadap kiblat. Apabila tidak mampu melaksanakan shalat dengan cara-cara tersebut, maka seseorang dapat berisyarat dengan penglihatanya dan orang tersebut berniat dalam  hatinya melaksanakan shalat dengan isyarat penglihatanya tersebut. Wajib baginya menghadap kiblat dengan wajahnya dengan cara meletakkan sesuatu di bawah kepalanya kemudian melakukan isyarat dengan kepalanya untuk rukuk dan sujud orang tersebut. Apabila seseorang tidak mampu berisyarat dengan kepalanya, maka seseorang tersebut dapat berisyarat dengan bulu matanya. Apabila tidak mampu berisyarat dengan bulu matanya, maka seseorang dapat melaksanakan rukun-rukun shalat di dalam hatinya. Seseorang tidak boleh meninggalkan shalat selama akalnya masih menetap atau masih sadar.

Seseorang yang shalat dengan duduk tidak diwajibkan atas orang tersebut menqadla’ shalat dan pahala bagi orang tersebut tidaklah gugur, karena posisi orang tersebut sebagai orang yang memiliki udzur.

Adapun sabda rasulullah SAW “barang siapa melaksanakan shalat dengan duduk, maka baginya separuh pahala orang yang melaksanakan shalat dengan berdiri dan barang siapa melaksanakan shalat dengan  tidur, maka baginya separuh pahala orang yang melaksanakan shalat dengan duduk” merupakan sabda yang memuat shalat sunah bagi orang yang mampu berdiri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ghasab

  Fasal: Menerangkan Hukum - Hukum Ghasab Secara bahasa ghasab diartikan dengan mengambil sesuatu secara dzalim dengan cara terang-terangan. Sedangkan dalam literatur syariat ghasab diartikan sebagai menguasai hak orang lain dengan cara dzalim atau tidak semestinya. وهو لغةً أخذ الشيء ظُلمًا مجاهرة وشرعا الاستيلاء على حق الغير عُدْوانًا Ukuran penguasaan disini dikembalikan pada adat yang berlaku. ويُرجع في الاستيلاء للعرف Termasuk di dalam hak orang lain, sesuatu yang sah dighasab adalah suatu barang yang selain harta, seperti kulit bangkai. Dikecualikan dari “secara tidak semestinya”: menguasai harta orang lain dengan cara akad. ودخل في حق الغير ما يصح غصبه مما ليس بمال كجلد ميتة. وخرج بعُدوانا الاستيلاء على مال الغير بعقد Konsekuensi Ghasab:   Barang siapa ghasab harta orang lain, maka baginya wajib mengembalikan harta tersebut pada pemiliknya. Meskipun dal

Syarat-Syarat Sebelum Melaksanakan Shalat

Fasal: Syarat-Syarat Sebelum Melaksanakan Shalat Syarat-syarat shalat sebelum masuk di dalamya ada lima, lafadz شروط merupakan bentuk jama’ dari شرط . Syarat secara bahasa adalah tanda, sedangkan syarat menurut istilah syari’at adalah sesuatu yang menentukan sahnya shalat, namun bukanlah bagian dari shalat itu sendiri. Dikecualiakan dengan qayid ini: rukun, karena rukun merupakan bagian dari shalat itu sendiri. Syarat pertama adalah sucinya anggota badan dari hadats, baik kecil maupun besar bagi orang yang mampu melakukan nya. Adapun orang yang tidak memiliki dua alat bersuci (air dan debu), maka baginya tetap dihukumi sah shalatnya namun wajib mengulangi. Kemudian sucinya seseorang dari najis yang adanya tidak dapat dimaafkan baik berada pada pakaian, anggota badan, maupun tempat melaksanakan shalat. Kyai mushonif akan menerangkan mengenai bagian akhir (tempat melaksanakan) pada bab berikutnya. Syarat kedua adalah menutupi warna aurat bagi yang mampu. Sehingga ketika ada seseora

Tata Krama Melaksanakan Mandi

  فصل: باب أداب الغسل Fasal: Tata Krama Melaksanakan Mandi فإذا أصابتك جنابة من احتلام أو وقاع, فخذ الإناء إلى المغتسل, واغسل يديك أولا ثلاثا, وأزل ما على بدنك من قذر. Ketika kalian sedang mengalami hadats janabat baik disebabkan oleh mimpi basah ataupun hubungan badan, maka ambilah wadah untuk mandi. Kemudian basuhlah kedua tangan kalian sebanyak tiga kali dan berusahalah menghilangkan kotoran yang masih menempel pada badan kalian.   وتوضاء كما سبق وضوئك للصلاة   مع جميع الدعوات, وأخر غسل قدميك كيلا يضيع الماء. فإذا فرغت من الوضوء فصب الماء على رأسك ثلاثا وأنت ناو وفع الحدث من الجنابة, ثم على شقك الأيمن ثلاثا ثم على الأيسر ثلاثا. Setelah membersihkan badan dari kotoran yang masih menempel, maka wudlu’ lah sebagaimana wudlu’ kalian ketika akan melaksanakan shalat, serta bacalah do’a-do’a yang telah diajarkan pada kalian. Dalam berwudlu’ ini, sebaiknya kalian mengakhirkan basuhan kedua kaki agar air yang kalian gunakan tidak terbuang sia-sia. Kemudian setelah selesai melaksana